. Amma Ba’du:
Aku tidak hiraukan saat diriku terbunuh sebagai muslimLalu Khubaib dibunuh oleh anak laki-laki Al-Harits. Dan Khubaib telah mengawali memberikan contoh dua rekaat bagi setiap orang muslim yang terbunuh dengan kesabaran. Dan Allah mengabulkan do’a Ashim bin Tsabit pada saat dia terbunuh, maka Nabi Muhammad memberitahukan kepada para shahabatnya tentang berita mereka dan apa yang menyebabkan mereka terbunuh, dan masyarakat Quraisy telah mengutus beberapa orang dari mereka ketika mendengar bahwa Ashim telah terbunuh agar mereka bisa mendatangkan sesuatu yang bisa menjadi bukti identifikasi untuk mengenalnya, sebab dia telah membunuh seorang tokoh Quraisy pada perang Badr. Maka Allah mengirimkan kepada Ashim seperti sekumpulan lebah dan menjaganya dari utusan suku Quraisy sehingga mereka tidak bisa memotong apapun dari bagian tubuhnya”.[1]
Pada perkara apapun maka kematianku hanya karena Allah
Semua ini demi membela Zat Allah, dan jika Dia berkehendak
Memberikan berkah pada anggota tubuh yang tercerai berai
Hadits ini mengandung banyak pelajaran, banyak disebutkan oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar di dalam kitab Fathul Bari:[2]
Pertama: Disebutkan di dalam hadits tersebut bahwa Ashim bin Tsabit telah membunuh seorang tokoh Quraisy pada perang Badar, Ibnu Hajar berkata: Mungkin yang dibunuh itu adalah Uqbah bin Abi Mu’ith, dan disebutkan dalam riwayat Ibnu Ishak dari Ashim bin Umar dari Qotadah berkata: Ashim bin Tsabit telah meminta janji kepada Allah agar dia tidak disentuh oleh orang musyrik dan dia tidak menyentuh orang musyrik selamanya”. Dan di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa dia berkata, “Sesungguhnya aku pada hari ini telah menjaga agamamu maka jagalah dagingku, lalu Allah mengutus kumpulan lebah dan menjaganya dari sentuhan jahil orang-orang musyrik. Umar radhiallahu ‘anhu berkata pada saat berita itu datang kepadanya, “Allah menjaga hamba yang beriman setelah kematiannya sebagaimana Dia menjaga mereka pada saat hidupnya”.
Kedua: Seorang tawanan boleh menolak jaminan keamanan dan boleh bagi dirinya menghalangi orang kafir menguasai dirinya sekalipun harus terbunuh, untuk menghindari hukum orang kafir berlaku pada dirinya. Hal ini boleh jika dia ingin bersikap dengan sikap azimah (bertekad yang kuat). Tetapi jika dia ingin mengambil keringanan maka dia boleh meminta jaminan keamanan.
Ketiga: Setia pada janji walaupun dengan orang-orang yang musyrik, tidak membunuh anak mereka dan bersikap lembut terhadap orang yang ingin dibunuh.
Keempat: Berdo’a secara umum untuk kehancuran orang-orang musyrik dan shalat pada saat akan dibunuh. Dan di dalam hadits ini disebutkan bahwa Khubaib adalah orang pertama yang memulai shalat dua rekaat pada saat akan terbunuh.
Kelima: Di dalam hadits ini disebutkan boleh menyenandungkan puisi dan sya’ir pada saat akan terbunuh dan hal itu menunjukkan kekuatan, keyakinan dan kekokohan agama Khubaib.
Keenam: Allah subhanahu wa ta’ala menguji hamba yang beriman dengan apa yang dikehendaki -Nya, seperti bentuk ujian yang tertera dalam ilmu Allah agar Dia memberikan pahala bagi dirinya dengan ujian tersebut. Dan jika Allah menghendaki niscaya mereka tidak melakukannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?.Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut: 1-3).Ketujuh: Di dalam hadits ini dijelaskan tentang diterimanya do’a seorang muslim, memuliakannya baik dalam keadaan hidup atau mati. Dan Allah mengabulkan permohonannya dalam menjaga tubuhnya dari sentuhan orang-orang musyrik dan tidak menghalangi mereka membunuhnya pada saat Dia berkehendak memuliakannya dengan mati syahid. Dan di antara bentuk penghormatan yang diberikan oleh Allah kepadanya adalah menjaganya dari rongrongan kehormatannya dengan memotong bagian dari anggota tubuhnya.
Kedelapan: Dalam hadits ini diterangkan sikap orang-orang Quraisy yang sejak dahulu telah memuliakan al-haram dan bulan-bulan haram.
Kesembilan: Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa berkhianat dan menyalahi janji salah satu sifat orang kafir, mereka telah membunuh Abdullah bin Thariq dan mereka menjual Zaid dan Khubaib kepada orang-orang Quraisy hanya untuk memperoleh sedikit uang dirham.
Kesepuluh: Penghargaan Allah bagi para walinya baik di dunia atau di akherat kelak. Sesungguhnya Khubaib telah diberi oleh Allah anggur padahal di Mekkah pada saat itu tidak ada anggur dan dia terbelenggu dengan rantai di dalam lingkungan musuhnya. Maha Benar Allah dengan firman -Nya:
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS. Al-Thalaq: 2-3).Banyak ibrah dan pelajaran yang lainnya yang bisa diambil pada saat kita merenungkan hadits ini.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar